Setiap warga negara memiliki hak atas Pendidikan dan itu telah diatur dalam undang-undang sama seperti para pemain judi dadu online memiliki undang-undang juga. Oleh karena itu, setiap individu harus bersaing untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan, ada beberapa orang yang memilih meninggalkan Indonesia untuk belajar di luar negeri seperti mesir, madina, amerika, australia, dan negara tetangga seperti Malaysia, tentu saja dengan dana yang tidak sedikit.
Ini berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan di daerah tertinggal. Jauh di pelosok nusantara (indonesia), para penerus bangsa bahkan ada yang belum mengenal alfabet. Bagi masyarakat pedesaan, pendidikan masih diremehkan. Lebih buruk lagi, pemerintah sebagai pengatur kebijakan pendidikan tidak adil terhadap sistem dan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil.
Perbedaan Pendidikan Di Kota Besar
Perbedaan yang sangat kontras dapat dilihat ketika membandingkan fasilitas sekolah di kota-kota besar dengan sekolah di daerah terpencil. Di sekolah-sekolah umum di Jakarta, tentu saja memiliki gedung sendiri, lapangan olahraga, laboratorium, perpustakaan dengan buku lengkap, laboratorium komputer dan guru yang telah mempelajari pendidikan sebagai guru.
Sementara itu, sekolah-sekolah di desa-desa terpencil terkadang tidak memiliki gedung sendiri, sehingga mereka harus berbagi, misalnya antara sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, ruang perpustakaan tampak sepi, tidak ada komputer yang dapat digunakan siswa untuk membuka cakrawala.
Guru yang mengajar ultimate gaming slot kebanyakan lulusan sekolah menengah dan belum menerima pelatihan guru apa pun. Pemerintah sepertinya memilih kasih dalam menuangkan dana pendidikan. Untuk daerah-daerah terpencil, mereka sangat merasakan ketidakadilan.
Seharusnya, pemerintah bisa lebih bijak dan bisa meratakan sistem pendidikan di negeri ini, jangan sampai wajah pendidikan yang suram di daerah terpencil terus dilestarikan. Bukti nyata kesenjangan pendidikan di daerah-daerah terpencil adalah sekolah-sekolah di desa-desa terpencil yang agak jauh dari pusat layanan pendidikan dan tampaknya terisolasi karena topografi berbukit dan curam alami.
Dan bangunan sekolah yang masih memiliki atap rumbia dan dinding bambu. Sampai sekarang, pemerintah tampaknya tidak berbuat banyak dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Fasilitas yang tidak lengkap dan guru yang kurang profesional menjadi salah satu penghambat meningkatnya minat belajar masyarakat pedesaan.
Namun, semua kekurangan dalam fasilitas pendidikan tidak menyurutkan niat anak-anak bangsa untuk bersekolah. Terbukti, banyak siswa yang rela berjalan puluhan kilo meter untuk mendapatkan ilmu. Banyak juga yang harus melewati sungai yang dalam untuk pergi ke sekolah.
Seharusnya, semangat para siswa di daerah terbelakang inilah yang kami jadikan motivasi. Sehingga pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi. Semoga wajah pendidikan di negeri ini bisa bersinar seperti matahari. Tidak hanya untuk warga ibukota, tetapi juga untuk penerus bangsa di sudut terpencil nusantara.